Detikacehnews.id | Bireuen - Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Almuslim, Rahmi Hayati, M.Pd menjadi pemateri pada kegiatan Pelatihan Pentingnya Hakikat Kategori Adopter (Innovator, early adopter, early majority, late majority, laggard) di UPTD SD Negeri 5 Juli, Sabtu, (12/8/2023).
Hal itu dibenarkan oleh dirinya yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa S3 di Universitas Negeri Medan (Unimed) saat dikonfirmasi awak media detikacehnews.id via WhatsApp.
Ia mengatakan bahwa pada saat kegiatan tersebut, Zuraini, M.Pd yang juga dosen FKIP Universitas Almuslim ikut jadi pemateri bersama dengannya.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Pengawas Sekolah dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bireuen, Ramli, S.Pd menyebutkan bahwa pelatihan diharapkan dapat memberi pemahaman yang baik tentang kategori-kategori dalam membantu, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengenalan inovasi pendidikan dengan lebih efektif.
Disamping itu, Kepala UPTD SD Negeri 5 Juli, Mailiyana, S.Pd. dalam keterangannya mengatakan hakikat kategori adopter ini sangat penting dalam difusi inovasi pendidikan di sekolah dasar.
Kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan yang menyampaikan materi langsung oleh Rahmi Hayati, M.Pd dan Zuraini, M.Pd. Berikut ulasan materi yang disampaikan :
- Memahami karakteristik masing-masing kategori: Setiap kategori adopter memiliki karakteristik yang berbeda dalam menerima dan mengadopsi inovasi. Innovator adalah orang pertama yang mengadopsi inovasi baru, early adopter adalah individu yang memiliki pengaruh dan ingin mencoba inovasi baru, early majority adalah orang-orang yang cenderung mengadopsi inovasi setelah melihat keberhasilan awal, late majority adalah individu yang mengadopsi inovasi setelah mayoritas orang lain melakukannya, dan laggard adalah mereka yang enggan mengadopsi inovasi. Dengan memahami karakteristik ini, pelatihan akan membantu para pendidik dalam menyesuaikan pendekatan dan strategi mereka untuk mencapai kelompok-kelompok ini.
- Mengidentifikasi kelompok sasaran: Dalam mengenalkan inovasi pendidikan di sekolah dasar, penting untuk mengetahui kelompok sasaran mana yang akan dijadikan prioritas. Pelatihan tentang kategori adopter akan membantu pendidik dalam mengidentifikasi kelompok-kelompok ini berdasarkan karakteristik dan preferensi mereka. Dengan menargetkan kelompok-kelompok ini secara efektif, pendidik dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam mengadopsi inovasi tersebut.
- Merencanakan strategi difusi yang efektif: Pelatihan mengenai kategori adopter akan membantu pendidik dalam merencanakan strategi difusi yang sesuai dengan masing-masing kelompok. Pendekatan yang efektif untuk inovator mungkin berbeda dari pendekatan yang efektif untuk laggard. Dengan memahami preferensi dan kecenderungan masing-masing kategori, pendidik dapat mengembangkan strategi komunikasi dan pengenalan inovasi yang tepat untuk setiap kelompok, meningkatkan kesuksesan difusi inovasi di sekolah dasar.
- Mengatasi hambatan adopsi inovasi: Setiap kategori adopter mungkin menghadapi hambatan dan tantangan yang berbeda dalam mengadopsi inovasi pendidikan. Innovator mungkin lebih terbuka terhadap perubahan, sementara laggard mungkin lebih skeptis dan enggan untuk mengubah cara mereka. Pelatihan dapat membantu pendidik mengidentifikasi hambatan-hambatan ini dan merancang strategi untuk mengatasi mereka. Hal ini akan memfasilitasi proses difusi inovasi yang lebih mulus di sekolah dasar.
Kategori Adopter ini terdiri atas:
Innovator (inovator): Merupakan kelompok pertama yang mengadopsi inovasi baru. Mereka cenderung memiliki minat yang kuat terhadap perubahan dan mencari kebaruan dalam pendidikan. Innovator sering kali berfungsi sebagai agen perubahan dan memiliki keterbukaan yang tinggi terhadap risiko.
Early Adopter (pengadopsi awal): Kelompok ini mengadopsi inovasi relatif cepat setelah innovator. Mereka biasanya memiliki pengaruh sosial yang signifikan dalam komunitas dan berfungsi sebagai pemimpin pendapat. Early adopter adalah individu yang mau mengambil risiko dan mencoba inovasi baru sebelum mayoritas orang lain.
Early Majority (mayoritas awal): Kelompok ini adalah mayoritas orang yang mengadopsi inovasi setelah early adopter. Mereka cenderung lebih hati-hati dan membutuhkan bukti keberhasilan yang lebih kuat sebelum mereka mengadopsi inovasi. Early majority melihat pengalaman dan testimoni dari kelompok sebelumnya untuk mengambil keputusan.
Late Majority (mayoritas terlambat): Kelompok ini mengadopsi inovasi dengan jauh lebih lambat dibandingkan dengan mayoritas awal. Mereka sering kali skeptis dan ragu-ragu terhadap perubahan. Late majority umumnya mengadopsi inovasi setelah mereka merasa risiko mengabaikan inovasi lebih besar daripada risiko mengadopsinya.
Laggard (pengekor): Pengekor adalah kelompok yang paling lambat dalam mengadopsi inovasi. Mereka enggan untuk meninggalkan cara lama dan cenderung menolak perubahan. Laggard biasanya memiliki keterbatasan dalam akses informasi atau ketidakpercayaan terhadap manfaat inovasi.
Memahami kategori adopter ini penting dalam difusi inovasi pendidikan di sekolah dasar karena pendidik dapat merencanakan strategi yang sesuai untuk masing-masing kelompok. Dengan memahami preferensi, karakteristik, dan tantangan yang dihadapi oleh setiap kategori, pendidik dapat mengembangkan pendekatan yang lebih efektif dalam memperkenalkan inovasi pendidikan kepada siswa, guru, dan staf sekolah. Dalam rangka meningkatkan adopsi inovasi pendidikan di sekolah dasar, pemahaman yang baik tentang hakikat kategori adopter adalah penting. Pelatihan yang mencakup pemahaman ini akan membantu para pendidik merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi difusi inovasi dengan lebih efektif, serta meningkatkan peluang keberhasilan dalam menerapkan inovasi pendidikan. Diakhir Kegiatan Kepala Sekolah ibu Mailiyana juga menekankan agar guru menerima inovasi yang baik dan lebih kreatif, sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Kegiataan Pelatihan ini didanai oleh LPPM Universitas Almuslim Pada Program Hibah Internal Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun Anggaran 2023. Melalui pengabdian masyarakat, dosen dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan Masyarakat sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi.