Foto Mahasiswa KKM Universitas Almuslim usai menggelar Pelatihan Pembuatan Timphan Asoe Kaya bersama Ibu PKK Kampung Mengaya.
Detikacehnews.id | Aceh Tengah - Mahasiswa Universitas Almuslim yang tergabung dalam kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) sukses menggelar kegiatan pelatihan pembuatan timphan bersama ibu PKK di Kampung Mengaya, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah pada Selasa, 20 Febuari 2024.
Hal itu dibenarkan oleh Muhammad Abdi selaku Ketua KKM kelompok tersebut saat dikonfirmasi awak media detikacehnews.id via WhatsApp, Sabtu, (24/2/2024).
"Alhamdulillah kegiatan pelatihan pembuatan timphan bersama ibu PKK di Kampung Mengaya berjalan sukses dan lancar," ujarnya.
Muhammad abadi mengucapkan terima kasih kepada perangkat desa dan ibu PKK di kampung tersebut yang telah ikut berpartisipasi dalam melaksanakan berbagai kegiatan KKM.
Ia menambahkan bahwa banyak hal yang bisa didapatkan selama menjalankan proses kegiatan KKM disana.
Salah satu anggota KKM, Zahra Mauliza mengatakan timphan adalah kue tradisional khas Aceh yang menjadi makanan raja pada masanya. Timphan terbuat dari tepung ketan atau tepung sagu dengan isian parutan kelapa atau srikaya (Asoe Kaya) yang dibungkus daun pisang muda.
"Kue timphan sudah menjadi warisan turun-temurun untuk itu kami ambil kegiatan ini sebagai silaturahmi melalui warisan kuliner nusantara dengan membudidayakan kuliner Aceh," tutur Zahra.
"Terimakasih juga kepada Ketua PKK Kampung Mengaya yang telah membantu kami selama kegiatan berlangsung, mungkin tanpa bantuan dari Ketua PKK dan beberapa anggotanya kegiatan ini tidak berlangsung dengan baik," ucap Zahra.
Sementara itu, Reje Kampung Mengaya, Raduan dalam sambutannya mengucapkan terima kasih sekaligus memberikan apresiasi kepada mahasiswa yang telah melaksanakan tugas KKM di wilayahnya.
Kegiatan pelatihan pembuatan timphan yang dilakukan oleh mahasiswa KKM tersebut, menurutnya sebagai tindak positif dalam upaya memperkenalkan kuliner Aceh kepada masyarakat Gayo.
“Saya berharap masyarakat Kampung Mengaya dapat belajar dalam membuat timphan khas Aceh serta melestarikan kue timphan di era modern ini, walaupun sudah banyak jajanan modern namun jangan sampai kue khas Aceh menjadi punah. Dengan adanya kegiatan pelatihan ini masyarakat Gayo dapat mengenal makanan khas Aceh dan cita rasa kuliner sebagai bagian dari kearifan lokal," Terang Raduan.
"Saya berharap, semoga saja dari kegiatan tersebut nantinya masyarakat Gayo dapat membuat timphan sebagai makanan cemilan serta menjadikan sebagai peluang usaha yang kreatif dan inovatif." pungkasnya.