Foto: Yusra, S.Pd.I., Guru PAI SMA Negeri 3 Bireuen (kiri) dan Cut Dhea Nanda Amira, Siswi Berprestasi SMA Negeri 3 Bireuen (kanan).
Detikacehnews.id | Bireuen - Di tengah keterbatasan ekonomi, Cut Dhea Nanda Amira seorang siswi berprestasi dari SMA Negeri 3 Bireuen menunjukkan semangat belajar yang luar biasa. Setiap hari, Cut Dhea harus menempuh perjalanan sejauh 3,5 kilometer dengan berjalan kaki menuju sekolah.
Hal itu dibenarkan oleh Cut Dhea sendiri yang juga ikut didampingi Guru PAI SMA Negeri 3 Bireuen Bu Yusra, S.Pd.I., saat sedang diwawancarai awak media detikacehnews.id di halaman sekolah setempat, Kamis, (6/6/2024).
"Iya kak, saya setiap pagi jalan kaki menempuh jarak yang lumayan jauh. Biasanya lama perjalanan saya dari rumah ke sekolah hampir 1 jam lebih," tutur Cut Dhea.
Cut Dhea, yang duduk di bangku kelas 11, berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Meskipun kondisi ekonomi keluarganya serba terbatas, hal itu tidak pernah menjadi alasan bagi Cut Dhea untuk menyerah pada mimpinya. Pagi-pagi buta, tepat pukul 06.00, Cut Dhea sudah siap berangkat dari rumahnya, menapaki jalan setapak dengan semangat yang tinggi.
"Saya ingin belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa meraih masa depan yang lebih baik. Jarak yang jauh tidak akan menghentikan saya," ujar Cut Dhea dengan senyum penuh keyakinan.
Dara Aceh kelahiran Bireuen, 28 Desember 2007 ini tinggal bersama neneknya di desa Uteun Bunta, Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan yang sangat jauh bersama adiknya yang saat ini juga sedang studi di UPTD SMP Negeri 2 Bireuen.
"Saya bersama dengan adik biasanya pukul 06.00 sudah siap ke sekolah dengan berjalan kaki. Walaupun keadaan diluar masih gelap, kami harus tetap berjalan pelan-pelan agar tiba di sekolah tepat waktu," terang Cut Dhea.
Tidak hanya itu, permulaan kisah perjuangannya, Cut Dhea dan adiknya kerap sering kelelahan dan kehausan di perjalanan saat pulang sekolah karena tidak memiliki uang dan tidak ada bekal. Namun, seiring perjalanan Cut Dhea berinisiatif untuk membawa bekal persiapan dari rumah walaupun hanya sebotol minuman air putih.
"Awal-awal, saya dan adik sering merasa kelelahan, haus, dan juga lapar. Sebab ketika pulang sekolah kan sudah jam 2 siang, kami harus menempuh perjalanan ke rumah hampir 1 jam lebih. Jadinya, kami kewalahan juga," ujar dirinya dengan sedikit sedih.
Meskipun begitu, semangat Cut Dhea dalam belajar tak pernah surut. Ia jarang libur sekolah dan bahkan ia tercatat sebagai salah satu siswa berprestasi di SMA Negeri 3 Bireuen. Cut Dhea mendapatkan ranking 2 di kelas dan aktif mengikuti kegiatan olimpiade matematika.
Tidak hanya semangatnya yang menginspirasi, tetapi juga prestasi akademis Dhea di sekolah semakin mengukuhkan posisinya sebagai siswi teladan. Guru-guru dan teman-temannya sangat mengagumi ketekunan dan kegigihannya. "Cut Dhea selalu menjadi yang terbaik di kelas, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan. Dia benar-benar inspirasi bagi kami semua," kata salah satu temannya.
Baru-baru ini juga, Cut Dhea dikabarkan sudah menyelesaikan buku antologi yang berjudul "Coretan Inspiratif" dengan tema "Perjalanan Hidup Penuh Makna". Tentu ini prestasi yang menggembirakan dan semangat yang luar biasa.
Perjuangan Cut Dhea tidak hanya menarik perhatian pihak sekolah, tetapi juga menginspirasi masyarakat sekitar. Kepala Sekolah SMA N 3 Bireuen, Abdullah, S.Pd., M.M., menyatakan kebanggaannya terhadap Cut Dhea. "Cut Dhea adalah bukti nyata bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang untuk meraih prestasi. Semoga semangatnya bisa menular ke siswa-siswa lain," ujarnya.
Kisah Cut Dhea mengingatkan kita bahwa pendidikan adalah hak setiap anak dan semangat belajar yang tinggi mampu mengatasi segala rintangan. Semoga pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan perhatian lebih kepada akses pendidikan di daerah-daerah terpencil sehingga lebih banyak lagi anak-anak seperti Dhea yang dapat meraih mimpi-mimpinya tanpa halangan.