Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Hanya Karena PKS Tidak Bersama Anies Baswedan Lagi, Apakah PKS Sudah Menjadi Partai yang Buruk?

Kamis, 22 Agustus 2024 | 14:13 WIB Last Updated 2024-08-22T07:13:00Z

Moment Anies Baswedan bersama Ketua Majelis Syuro PKS



Detikacehnews.id | Jakarta - Pilkada DKI Jakarta 2024 mendekati babak krusial, dan salah satu isu yang memicu perhatian besar adalah keputusan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tidak lagi mendukung Anies Baswedan. Banyak pihak bertanya-tanya, apakah keputusan ini mencerminkan perubahan mendasar dalam sikap politik PKS? Apakah PKS telah berubah menjadi partai yang buruk?


Dalam konteks ini, Juru Bicara PKS, Muhammad Kholid, dengan tegas membantah anggapan bahwa partainya meninggalkan Anies Baswedan tanpa alasan yang jelas. Dalam sebuah wawancara di acara deklarasi Ridwan Kamil dan Suswono sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2024, Kholid menjelaskan bahwa keputusan ini adalah hasil dari perhitungan politik yang matang, bukan karena PKS ingin beralih dukungan secara tiba-tiba.


Kami tidak meninggalkan Anies, tapi persyaratan maju Pilkada kan 20 persen atau 22 kursi,” ujar Kholid. PKS, menurut Kholid, telah memberikan tenggat waktu kepada Anies untuk mencari tambahan partai pengusung guna memenuhi syarat minimal tersebut. Namun, hingga batas waktu yang ditentukan pada 4 Agustus 2024, syarat minimal 22 kursi di DPRD DKI Jakarta gagal tercapai.


Karena itu, PKS harus mengambil keputusan sulit. Ketika opsi pertama untuk mengusung Anies Baswedan tidak bisa diwujudkan, PKS beralih ke opsi kedua, yaitu bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yang menawarkan kepada PKS posisi wakil gubernur. “Ya, bismillah kita ada kesepahaman dengan Koalisi Indonesia Maju dan mereka menawarkan kepada PKS (posisi) wakil gubernur. Dan, kami menerima,” jelas Kholid.


Keputusan ini, menurut Kholid, bukanlah bentuk pengkhianatan terhadap Anies, melainkan langkah realistis yang harus diambil oleh PKS demi memastikan partisipasi efektif dalam Pilkada Jakarta 2024. PKS bersama 11 partai lainnya akhirnya resmi mengusung Ridwan Kamil dan Suswono sebagai pasangan calon dalam Pilkada ini.


Selain itu, langkah ini juga sejalan dengan prinsip PKS yang memandang Pilkada sebagai ajang koalisi yang bersifat taktis. Dalam hal ini, PKS lebih fokus pada bagaimana kepentingan rakyat Jakarta dapat diakomodasi secara optimal, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pengentasan pengangguran, peningkatan layanan kesehatan, dan pembangunan infrastruktur yang merata.


Tifatul Sembiring, tokoh senior PKS, dalam serangkaian cuitan di Twitter, juga menegaskan bahwa PKS tetap berpegang pada azas Islam dan cita-citanya untuk mewujudkan Indonesia yang berkeadilan, sejahtera, dan bermartabat. Keputusan untuk tidak lagi bersama Anies Baswedan tidak berarti PKS telah berubah menjadi partai yang buruk, tetapi justru menunjukkan kedewasaan politik dalam menghadapi kenyataan yang ada.


Dengan demikian, keputusan PKS untuk mendukung Ridwan Kamil dan Suswono dalam Pilkada Jakarta 2024 bukanlah indikasi bahwa partai ini telah kehilangan arah atau prinsipnya. Sebaliknya, PKS tetap konsisten dengan visi dan misinya, meskipun arah dukungan politiknya mungkin berubah. Bagi PKS, yang paling penting adalah memastikan bahwa kepentingan rakyat tetap terjaga, dan itu yang menjadi dasar utama dalam setiap langkah politik yang diambil.