Foto Catur Wuri Adi Nugroho, atlet panahan asal Papua yang bertanding pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatra Utara,
Detikacehnews.id | Banda Aceh – Catur Wuri Adi Nugroho, atlet panahan asal Papua yang bertanding pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatra Utara, mengaku sangat terkesan dengan keramahan masyarakat Aceh. Hal tersebut membuat dirinya merasa nyaman dan betah selama berada di tanah rencong yang terkenal dengan julukan Serambi Mekkah. Atlet yang sudah menginjakkan kakinya di Aceh sejak kemarin ini mengungkapkan bahwa kesan pertama yang didapatkan dari masyarakat setempat adalah keramahan yang tulus.
"Baru kemarin saya tiba di Aceh, dan saat saya mencari makan malam, penjualnya sangat ramah. Itu membuat saya merasa senang berada di sini," ujar Catur pada Jumat (13/9/2024).
Catur menambahkan bahwa Aceh memiliki budaya yang sangat berbeda dengan Papua, tempat asalnya. Namun, menurutnya, perbedaan ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi provinsi yang kaya akan tradisi dan sejarah tersebut. Atlet yang berasal dari ujung timur Indonesia ini menyebutkan bahwa pengalaman datang langsung ke Aceh memberikan kesan yang berbeda dibandingkan dengan apa yang ia lihat di media sosial.
"Selama ini saya hanya melihat Aceh dari media sosial, dan ternyata sangat berbeda ketika saya bisa melihat dan merasakan langsung. Tatanan kotanya sangat baik dan bersih, membuat saya semakin nyaman," katanya.
Selain itu, Catur juga menyatakan ketertarikannya pada tradisi unik yang dimiliki Aceh. Bagi Catur, setiap daerah memiliki keistimewaan tersendiri, namun Aceh dengan budayanya yang kuat sangat meninggalkan kesan mendalam di hatinya.
Salah satu hal yang paling menarik perhatian Catur selama berada di Aceh adalah kuliner khas daerah tersebut. Sebagai pencinta kuliner, Catur mengaku antusias untuk mencoba berbagai hidangan lokal, salah satunya yang sudah sempat ia cicipi adalah mie banglades, yang menurutnya memiliki rasa yang lezat dan unik.
"Saya sudah mencoba mie banglades, dan rasanya enak sekali. Selanjutnya, saya ingin mencoba mie Aceh yang terkenal karena banyak orang membicarakannya," ungkap Catur dengan antusias.
Keinginannya untuk mencicipi mie Aceh semakin besar karena popularitasnya yang melampaui batas provinsi, sehingga banyak orang dari luar Aceh merekomendasikan hidangan khas tersebut. "Saya penasaran bagaimana rasanya, karena banyak orang yang bilang mie Aceh adalah makanan yang wajib dicoba di sini," tambahnya.
Meski berasal dari daerah yang berbeda, Catur tidak merasa kesulitan beradaptasi dengan peraturan dan norma yang ada di Aceh, terutama terkait dengan penerapan Syariat Islam. Ia mengungkapkan bahwa sebagai seorang muslim, ia menghormati aturan-aturan tersebut. Namun, ada beberapa hal yang harus ia sesuaikan, seperti kebiasaan menggunakan celana pendek di luar ruangan yang kurang lazim di Aceh.
"Bagi saya, Syariat Islam di Aceh tidak menjadi masalah karena saya juga beragama Islam. Hanya saja, saya perlu menyesuaikan beberapa kebiasaan, seperti penggunaan celana pendek di tempat umum," jelasnya.
Catur mengakui bahwa ia merasa tertantang untuk mengikuti aturan yang berlaku, namun hal ini tidak mengurangi kenyamanannya selama berada di Aceh. Ia menghargai bagaimana masyarakat Aceh menjaga adat istiadat dan peraturan agama mereka dengan baik.
Sebagai atlet yang bertanding di cabang olahraga panahan, Catur berharap bisa memberikan yang terbaik untuk Papua pada PON Aceh-Sumatra Utara kali ini. Dengan persiapan yang matang dan semangat yang tinggi, ia optimis bisa meraih hasil maksimal dalam ajang olahraga nasional ini.
"Semoga saya bisa memberikan yang terbaik untuk Papua. Saya akan berusaha keras dan tetap fokus pada setiap pertandingan," tegasnya.
Catur juga berharap bisa menjalin lebih banyak persahabatan dengan atlet-atlet dari daerah lain selama pelaksanaan PON ini. Baginya, PON bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga kesempatan untuk mempererat persaudaraan antara atlet dari seluruh Indonesia.
Kehadiran Catur dan para atlet lainnya di Aceh memberikan warna tersendiri dalam perhelatan PON kali ini. Mereka tidak hanya bersaing dalam prestasi, tetapi juga turut merasakan kehangatan budaya dan keramahan masyarakat Aceh yang telah lama dikenal luas.