Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Atlet Panjat Tebing Bali Terpikat dengan Kuliner Khas Aceh dan Keramahan Warganya

Senin, 16 September 2024 | 19:45 WIB Last Updated 2024-09-16T12:45:49Z

Foto: Desak Made Rita Kusuma Dewi, atlet panjat tebing asal Bali

 

Detikacehnews.id | Banda Aceh – Prestasi gemilang dan pengalaman berkesan dibawa pulang oleh Desak Made Rita Kusuma Dewi, atlet panjat tebing asal Bali yang meraih medali perak di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024. Tidak hanya sukses di arena kompetisi, Desak Rita juga meninggalkan Aceh dengan kesan mendalam terhadap kekayaan kuliner serta keramahan masyarakatnya.


Usai menyelesaikan seluruh pertandingan, Desak Rita memanfaatkan waktu luangnya dengan menjelajahi ragam kuliner khas Aceh. Dalam sebuah kesempatan santai di Three Brother Coffee, Banda Aceh, Jumat malam (13/9/2024), Desak Rita mengungkapkan kekagumannya terhadap kelezatan masakan Tanoh Seulanga. "Ini pertama kali saya makan masakan Aceh dan rasanya sangat enak," ujarnya kepada tim Media Center PON Aceh.


Ia mencicipi berbagai menu khas, termasuk keumamah (ikan kayu), peyek udang, sop ikan, dan beberapa hidangan lainnya. Dari sekian banyak menu yang dicoba, Desak Rita mengaku paling terpikat dengan sop ikan dan peyek udang. “Yang paling enak itu sop ikan, ikan teri, dan peyek udang. Keumamah juga enak,” katanya sambil tersenyum puas. Meski baru pertama kali mencicipi, Desak Rita tampak sangat menikmati keunikan rasa kuliner Aceh yang kaya rempah.


Tak hanya makanan, Desak Rita juga menjajal minuman khas Aceh. Kali ini, ia memilih kopi gula aren yang terkenal di kalangan masyarakat lokal. Atlet muda ini mengaku terkesan dengan kopi tersebut, terutama karena rasanya yang lembut di tenggorokan. "Saya sering minum kopi, tapi kalau terlalu manis, tenggorokan saya cepat sakit. Kopi gula aren ini tidak terlalu manis dan enak," jelasnya.


Menariknya, Desak Rita mengungkapkan bahwa dirinya sengaja menunda untuk mencoba masakan Aceh begitu tiba di Banda Aceh sepekan sebelumnya. Keputusan ini diambil demi menjaga kondisi fisiknya selama bertanding. "Kenapa saya tidak langsung mencoba masakan Aceh saat baru tiba? Mungkin karena saya menjaga kondisi, takut perut saya tidak cocok. Tapi setelah kompetisi selesai, saya pikir sekarang saatnya mencoba, dan ternyata sangat enak," tambahnya.


Namun, bukan hanya soal kuliner yang membuat Desak Rita betah di Aceh. Ia juga memuji keramahan masyarakat Aceh yang begitu hangat dalam menyambut tamu, terutama para atlet yang berlaga dalam PON. "Masyarakat Aceh sangat antusias menonton kompetisi dan mendukung atlet yang bertanding. Saya merasa sangat dihargai selama di sini," tuturnya dengan penuh kesan.



Selain itu, sebagai atlet dari luar Aceh, Desak Rita awalnya sempat merasa ragu terkait aturan berpakaian di provinsi yang menerapkan syariat Islam. Ia mengaku pernah mendengar cerita dari seniornya yang harus memakai hijab saat berlaga di Aceh beberapa tahun silam. Namun, setelah berada di Aceh dan merasakan langsung suasana di sana, Desak Rita menegaskan bahwa kekhawatiran tersebut tidak terbukti. "Saya sempat berpikir apakah saya harus memakai manset atau hijab saat berkompetisi. Tapi ternyata tidak, di Aceh sangat toleran. Saya merasa nyaman di sini," jelasnya.


Dengan pengalaman yang begitu berkesan, Desak Rita akan pulang ke Bali membawa kenangan indah dari Aceh, baik itu prestasi di bidang olahraga maupun pengalaman budaya dan kuliner yang tak terlupakan. Keramahan masyarakat Aceh dan kelezatan kulinernya, menurut Desak Rita, menjadi salah satu momen terbaik dalam perjalanannya di PON XXI Aceh-Sumut 2024.