Detikacehnews.id | Bireuen – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Bireuen terus berkembang untuk menjawab tantangan pendidikan masa depan. FKIP UNIKI Bireuen telah meresmikan pembukaan Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh, yang akan menjadi bagian penting dalam pelestarian bahasa dan budaya lokal di Provinsi Aceh. Prodi ini hadir sebagai tindak lanjut dari Qanun Bahasa Aceh yang telah disahkan oleh Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada tahun 2022.
Dekan FKIP UNIKI, Dra. Zahara, M.Pd., dalam sambutannya pada kegiatan Yudisium Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian fakultas yang kini memiliki tiga program studi unggulan, yaitu Prodi Pendidikan Jasmani (S1), Prodi Seni Pertunjukkan (S1), dan yang terbaru Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh (S1). Kehadiran Prodi Bahasa dan Sastra Aceh ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan mendesak akan tenaga pengajar bahasa Aceh di seluruh sekolah di bawah Pemerintahan Aceh.
Pembukaan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh tidak hanya sekadar menambah pilihan program studi di FKIP UNIKI, tetapi juga memiliki misi strategis dalam menjaga kelestarian bahasa ibu. Hal ini mengacu pada Qanun Nomor 10 Tahun 2022 yang menetapkan bahwa mulai tahun 2025, seluruh sekolah di Aceh diwajibkan untuk mengajarkan Bahasa Aceh sebagai salah satu mata pelajaran wajib. Kendala yang dihadapi saat ini adalah belum tersedianya guru-guru yang memiliki kompetensi khusus di bidang tersebut.
Dra. Zahara, M.Pd., menekankan pentingnya peran UNIKI dalam mendukung kebijakan ini. “Bahasa Aceh merupakan salah satu identitas budaya yang harus dilestarikan. Kami di FKIP UNIKI merasa bertanggung jawab untuk melahirkan para pendidik yang mampu mengajarkan bahasa ibu ini dengan baik. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh di UNIKI adalah langkah nyata kami untuk mendukung pelaksanaan Qanun Bahasa Aceh,” ujar Zahara.
Prodi ini dirancang khusus untuk mencetak guru-guru yang tidak hanya mampu mengajar bahasa Aceh, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang sastra dan budaya Aceh. Lulusan Prodi Bahasa dan Sastra Aceh diharapkan dapat menjadi pionir dalam pelestarian bahasa lokal serta mampu berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan di Aceh.
Dra. Zahara juga menegaskan bahwa setelah dua tahun qanun ini ditetapkan, seluruh sekolah di Aceh wajib menyelenggarakan pelajaran Bahasa Aceh di semua jenjang pendidikan. Hal ini membuka peluang yang sangat besar bagi para lulusan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh UNIKI untuk berkarier di dunia pendidikan. "Kami sudah melihat adanya kebutuhan yang besar akan guru Bahasa Aceh, dan UNIKI siap untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan menghasilkan tenaga pendidik yang berkualitas dan berintegritas tinggi," tambahnya.
Selain itu, program studi ini juga akan mengedepankan pembelajaran berbasis penelitian dan praktik, di mana mahasiswa tidak hanya belajar bahasa secara teori, tetapi juga melakukan studi lapangan untuk memahami dinamika bahasa Aceh di berbagai wilayah. Dengan demikian, lulusan Prodi Bahasa dan Sastra Aceh akan mampu mengadaptasi pengajaran bahasa Aceh di berbagai latar belakang budaya lokal yang berbeda-beda di seluruh Provinsi Aceh.
Tidak hanya unggul dalam bidang bahasa dan sastra, FKIP UNIKI juga dikenal melalui Prodi Pendidikan Jasmani (Penjas) yang telah melahirkan atlet dan pendidik olahraga berkualitas. Sebelumnya, mahasiswa dan dosen dari Prodi Penjas FKIP UNIKI berhasil meraih prestasi gemilang di ajang Pekan Olahraga Aceh (PORA) XIV pada tahun 2022 di Pidie. Sebanyak 10 mahasiswa Prodi Penjas dan dua dosen meraih medali emas, perak, dan perunggu, membuktikan bahwa UNIKI tidak hanya menghasilkan pendidik, tetapi juga atlet berprestasi.
Salah satu atlet yang patut dibanggakan adalah M. Ihzam Naviri, mahasiswa Prodi Penjas yang meraih medali emas di cabang drumband pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI. Ihzam menjadi contoh nyata dari keberhasilan program studi Penjas UNIKI dalam membina atlet berprestasi sejak di bangku kuliah.
Selain itu, Prodi Seni Pertunjukkan juga tidak kalah menarik perhatian. Prodi ini menawarkan pembelajaran yang komprehensif bagi para mahasiswa yang tertarik pada dunia seni dan budaya.
Keberadaan prodi ini menjadi solusi bagi kekurangan tenaga pendidik seni di sekolah-sekolah di Aceh, yang selama ini masih minim tenaga pengajar untuk mata pelajaran seni pertunjukan. Prodi Seni Pertunjukan ini juga mendukung pelestarian budaya Aceh melalui seni tari, musik tradisional, dan drama yang diajarkan dengan pendekatan modern namun tetap mengakar pada nilai-nilai budaya lokal.
Dengan dibukanya Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh, FKIP UNIKI semakin memperkuat posisinya sebagai salah satu fakultas yang mengedepankan sinergi antara pendidikan dan pelestarian budaya lokal. Dra. Zahara, M.Pd., menekankan pentingnya melahirkan pendidik yang tidak hanya menguasai bidang akademik, tetapi juga memiliki wawasan luas tentang kebudayaan Aceh.
"Kami menyadari betul bahwa pendidikan harus sejalan dengan upaya pelestarian budaya. Itulah sebabnya FKIP UNIKI membuka Prodi Bahasa dan Sastra Aceh serta Prodi Seni Pertunjukan, selain Prodi Penjas yang sudah lebih dulu unggul di bidang olahraga. Kami ingin membekali mahasiswa dengan kemampuan yang holistik agar mereka bisa berkontribusi secara maksimal di tengah masyarakat," jelasnya.
Pembukaan Prodi Bahasa dan Sastra Aceh oleh FKIP UNIKI tidak hanya menunjukkan komitmen UNIKI terhadap dunia pendidikan, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam menjaga keberlangsungan bahasa dan budaya Aceh. Dengan berpedoman pada Qanun Nomor 10 Tahun 2022, FKIP UNIKI optimis bahwa lulusannya akan menjadi garda terdepan dalam melestarikan bahasa Aceh dan membawanya ke generasi yang akan datang.
"Kami sangat antusias menyambut mahasiswa baru yang ingin bergabung di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Aceh. Bersama-sama, kita akan mewujudkan pendidikan yang berakar pada budaya lokal namun siap bersaing di era global. FKIP UNIKI berkomitmen penuh untuk terus menghasilkan lulusan yang tidak hanya berkompeten, tetapi juga memiliki rasa cinta yang mendalam terhadap bahasa dan budaya Aceh," pungkas Dra. Zahara, M.Pd.
Dengan tiga program studi yang kini beroperasi penuh, FKIP UNIKI siap menjadi lembaga pendidikan yang memberikan dampak nyata bagi dunia pendidikan dan kebudayaan di Provinsi Aceh dan Indonesia pada umumnya.