Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Jusuf Kalla Kritik Pedas Nadiem yang Minim Pengalaman di Dunia Pendidikan dan Jarang Ngantor, Berikut Respon Mas Menteri

Kamis, 12 September 2024 | 19:14 WIB Last Updated 2024-09-12T12:14:30Z

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim respon kritik pedas Jusuf Kalla


Detikacehnews.id | Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, belakangan ini kembali menjadi sorotan publik setelah mendapat kritik tajam dari Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK). Kritik tersebut terkait dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Nadiem selama menjabat, seperti konsep Merdeka Belajar dan dihapuskannya Ujian Nasional (UN). Namun, kritik JK tidak hanya menyentuh aspek kebijakan, melainkan juga latar belakang Nadiem yang dinilai minim pengalaman di dunia pendidikan serta gaya kerjanya yang disebut jarang turun ke daerah dan ke kantor.


JK secara tegas menyampaikan kritiknya tersebut dalam sebuah kesempatan yang kemudian ramai diberitakan. Ia menyebut bahwa Nadiem, yang sebelumnya dikenal sebagai pendiri startup Gojek, tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup untuk memimpin sektor pendidikan Indonesia. “Dan ada Mas Nadiem, yang tidak punya pengalaman pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, dan jarang ke kantor. Bagaimana bisa?" ungkap JK, seperti dikutip dari arsip detikEdu, Rabu (11/9/2024).


Setelah kritik pedas itu mencuat, Nadiem Makarim tetap tenang dan memilih untuk tidak memberikan tanggapan langsung kepada media terkait pernyataan Jusuf Kalla. Saat ditemui wartawan usai rapat kerja dengan Komisi X DPR di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta pada Rabu (11/9/2024), Nadiem menolak memberikan komentar tentang kritik yang diarahkan kepadanya. Ia hanya menyampaikan bahwa rapat tersebut adalah rapat kerja terakhir Kemendikbudristek dengan Komisi X DPR, di mana agenda utamanya membahas penyesuaian Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Kemendikbudristek.


"Ini raker terakhir kami," ungkap Nadiem singkat kepada para wartawan, dikutip dari detikNews. Meski demikian, dalam rapat tersebut, Nadiem sempat menyentuh isu kritik yang sering dilontarkan kepada dirinya dan timnya di Kemendikbudristek. Menurutnya, kritik yang datang dari berbagai pihak justru menjadi motivasi dan tantangan untuk terus meningkatkan kinerja.


"Walaupun banyak sekali tantangan perdebatan, tantangan kritik, yang kadang-kadang tajam yang dilontarkan ke kami dan tim kami, terus terang kritik dan semua masukan itu membuat kita sebagai tim manajemen di Kemendikbudristek lebih baik dan setiap hari tertantang untuk menjadi lebih baik untuk melayani para konstituen kita di bidang pendidikan," kata Nadiem.


Sejak diangkat sebagai Mendikbudristek pada tahun 2019, Nadiem Makarim telah meluncurkan berbagai kebijakan inovatif di bidang pendidikan, salah satunya adalah konsep Merdeka Belajar. Program ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi sekolah, guru, dan siswa dalam mengatur proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Salah satu kebijakan yang paling menonjol adalah penghapusan Ujian Nasional (UN), yang sebelumnya menjadi tolak ukur kelulusan siswa di seluruh Indonesia.


Namun, kebijakan ini tidak lepas dari kontroversi. Banyak pihak yang mendukung program Merdeka Belajar karena dinilai lebih inklusif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Namun, ada juga yang mengkritik penghapusan UN karena dianggap akan melemahkan standar pendidikan nasional. Kritik dari Jusuf Kalla terkait latar belakang pendidikan Nadiem dan kebijakan-kebijakannya mencerminkan kekhawatiran tersebut.



Selain itu, JK juga menyoroti minimnya kehadiran Nadiem di daerah dan jarangnya kehadiran fisik di kantor. Padahal, menurut JK, pemimpin di sektor pendidikan perlu sering turun ke lapangan untuk melihat langsung kondisi di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil.



Dalam rapat terakhirnya bersama Komisi X DPR, Nadiem juga menyoroti hubungan antara kementeriannya dan Komisi X yang selama ini menjadi mitra strategis. Menurut Nadiem, meskipun sering menerima kritik dari Komisi X, ia mengakui bahwa kritik-kritik tersebut bersifat konstruktif dan bertujuan untuk kemajuan pendidikan nasional.



"Dan Komisi X dengan semua kritikannya tetap menjadi mitra yang selalu berjuang bersama. Itu yang saya sadari, bahwa misinya itu sama, hatinya ada di tempat yang sama," ujar Nadiem.



Nadiem berharap kemitraan yang kuat antara Kemendikbudristek dan Komisi X DPR dapat menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lainnya, terutama dalam hal mencapai tujuan bersama yang mungkin sulit dicapai tanpa kerja sama yang baik.



Meskipun sering kali mendapat kritik, baik dari tokoh-tokoh besar seperti Jusuf Kalla maupun dari Komisi X DPR, Nadiem Makarim tetap berkomitmen untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Ia melihat kritik sebagai bentuk perhatian dan masukan yang berharga untuk meningkatkan kinerja kementeriannya.


"Setiap kritik dan masukan itu membuat kita lebih baik dan setiap hari tertantang untuk menjadi lebih baik," pungkas Nadiem.


Dengan berakhirnya masa jabatan Nadiem sebagai Mendikbudristek, tantangan untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik di Indonesia masih terbuka lebar. Kebijakan-kebijakan yang telah dirintisnya, seperti Merdeka Belajar, akan terus dievaluasi dan disempurnakan oleh generasi penerus untuk mewujudkan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan relevan bagi seluruh rakyat Indonesia.