Detikacehnews.id | Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp 10,4 triliun untuk tahun 2024. Menteri Pendidikan Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa tambahan anggaran ini akan dialokasikan untuk mendukung program-program wajib dan prioritas Kemendikbudristek. Salah satu fokus utamanya adalah peningkatan kesejahteraan guru dan dosen di seluruh Indonesia, baik melalui tunjangan maupun sertifikasi.
Dalam rilis yang diterima pada Rabu, 11 September 2024, Nadiem mengungkapkan bahwa tambahan anggaran ini merupakan langkah penting untuk memperkuat dukungan terhadap para pendidik. "Salah satu komponen terbesar dari tambahan anggaran ini adalah untuk program-program yang berfokus pada kesejahteraan guru dan dosen. Kami akan memastikan bahwa tunjangan dan sertifikasi untuk para pendidik dapat terus ditingkatkan, sehingga kualitas pendidikan di Indonesia semakin baik,” ujar Nadiem.
Selain peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, tambahan anggaran ini juga akan digunakan untuk revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan, termasuk di perguruan tinggi. Nadiem menegaskan bahwa dengan bantuan operasional yang lebih memadai melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), tekanan untuk menaikkan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dapat diminimalkan.
“Peningkatan kualitas universitas tidak bisa dilepaskan dari dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu, anggaran juga akan dialokasikan untuk revitalisasi fasilitas kampus, yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia," jelas Nadiem.
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, merinci secara detail peruntukan tambahan anggaran Rp10,4 triliun tersebut. Salah satu program yang mendapat porsi besar adalah program sekolah unggulan, yang dialokasikan sebesar Rp 2 triliun. Program ini ditargetkan untuk empat sekolah unggulan, guna meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah.
Sementara itu, tunjangan profesi guru (TPG) non-PNS dan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) mendapat alokasi sebesar Rp 3,79 triliun. Alokasi tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yakni TPG non-PNS sebesar Rp3 triliun yang akan disalurkan kepada 185.096 guru, PPG on-going dan PPG baru dengan anggaran Rp738 miliar yang menyasar 503.171 calon guru, serta program non-gelar bagi guru dan tenaga kependidikan dengan anggaran Rp11 miliar untuk 400 orang.
Selain itu, anggaran tambahan juga dialokasikan untuk mendukung tunjangan profesi dosen (TPD), BOPTN, dan perbaikan sarana prasarana di perguruan tinggi negeri (PTN), dengan total anggaran mencapai Rp 3,36 triliun. Rinciannya, TPD untuk 39.079 dosen akan menerima anggaran sebesar Rp172 miliar, sementara BOPTN untuk 76 lembaga perguruan tinggi negeri akan mendapat alokasi sebesar Rp1,17 triliun. Sementara itu, anggaran sebesar Rp1,1 triliun akan digunakan untuk revitalisasi sarana dan prasarana PTN di 76 lembaga.
Tak hanya itu, program beasiswa dan dukungan lainnya seperti Kemitraan Negara Berkembang (KNB), Darmasiswa, Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik), Asrama Mahasiswa Nusantara (AMN), serta program pendidikan non-gelar juga mendapat alokasi sebesar Rp612 miliar. Program-program ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada 15.513 mahasiswa untuk terus melanjutkan pendidikannya dan mendapatkan akses ke pendidikan tinggi berkualitas.
Program pendidikan vokasi dan teaching factory Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) juga menjadi prioritas dalam alokasi anggaran tahun 2024. Sebanyak Rp1,25 triliun dialokasikan untuk program pengembangan sarana dan prasarana perguruan tinggi vokasi (PTV) dan teaching factory SMK. Dari jumlah tersebut, Rp261 miliar dialokasikan untuk 49 lembaga perguruan tinggi vokasi, sedangkan SMK non Pusat Keunggulan mendapatkan alokasi sebesar Rp41 miliar untuk 82 lembaga.
Sementara itu, teaching factory SMK yang menjadi fokus Kemendikbudristek dalam menghasilkan lulusan siap kerja, mendapat alokasi sebesar Rp434 miliar yang akan diberikan kepada 1.045 lembaga. Alokasi anggaran lainnya, seperti BOPTN Vokasi sebesar Rp216 miliar untuk 49 lembaga, dan pendidikan non-gelar vokasi sebesar Rp55 miliar untuk 15.900 lembaga, diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan pendidikan vokasi.
Dengan adanya tambahan anggaran sebesar Rp10,4 triliun ini, Nadiem optimis bahwa berbagai program prioritas yang telah dicanangkan oleh Kemendikbudristek akan dapat berjalan dengan lebih optimal. Dukungan terhadap peningkatan kesejahteraan guru dan dosen, perbaikan sarana prasarana, serta penguatan pendidikan vokasi akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan.
“Dengan fokus yang jelas pada kesejahteraan pendidik dan revitalisasi fasilitas pendidikan, kami berharap pendidikan Indonesia akan semakin maju dan kompetitif di masa depan. Ini adalah bagian dari upaya kami untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih adil dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tutup Nadiem.
Tahun 2024 diharapkan menjadi momentum penting bagi Kemendikbudristek dalam memperkuat sistem pendidikan Indonesia. Dengan anggaran yang lebih besar dan program-program strategis yang menyentuh berbagai lini pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi, harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional semakin nyata.
Program yang difokuskan pada guru, dosen, dan sarana prasarana ini bukan hanya akan memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang untuk masa depan Indonesia. Dengan pendidikan yang lebih berkualitas, Indonesia dapat mencetak generasi yang lebih siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi untuk pembangunan bangsa.