H. Mukhlis, ST dan Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab dalam kenangan
Detikacehnews.id | Bireuen - Malam itu, suasana di kediaman H. Mukhlis, ST terasa berbeda. Sejak pagi, H. Mukhlis sibuk menelpon rekan-rekannya, sahabat-sahabatnya, bahkan keluarganya sendiri, mengundang mereka untuk hadir di rumahnya. Sebuah pengajian akan digelar di malam hari, dengan kehadiran seorang ulama besar, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab, atau yang lebih dikenal sebagai Tu Sop, sebagai guru ngaji. Kabar ini disambut antusias oleh banyak orang yang telah lama mengagumi sosok kharismatik Tu Sop. H. Mukhlis sendiri, sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Bireuen sekaligus Direktur PT Takabeya Perkasa Group, begitu semangat untuk menjamu tamu istimewa tersebut.
Malam pengajian itu berlangsung penuh khidmat. Di tengah suasana yang penuh kehangatan, H. Mukhlis dan Tu Sop terlihat begitu akrab, tak jarang senyuman dan tawa kecil menghiasi wajah mereka. Para jamaah yang hadir pun ikut larut dalam suasana kekeluargaan. Terkadang, pertanyaan-pertanyaan dari para hadirin yang disambut oleh gurauan Tu Sop membuat suasana semakin ceria. Itu adalah momen-momen indah yang direkam oleh H. Mukhlis, sebuah kenangan tak ternilai yang kini telah menjadi bagian dari sejarah hidupnya.
Tu Sop bagi H. Mukhlis bukan sekedar ulama biasa. Beliau adalah sosok yang sangat istimewa. Dalam setiap tausiah dan nasehat yang disampaikan, Tu Sop mampu menembus hati para pendengarnya dengan kelembutan kata-kata yang penuh hikmah. Tak heran, H. Mukhlis selalu mengagumi Tu Sop, baik sebagai seorang ulama maupun pribadi yang penuh kebijaksanaan. Hubungan mereka lebih dari sekadar interaksi antara seorang tokoh masyarakat dan ulama, melainkan sebuah ikatan persaudaraan yang dibangun di atas rasa hormat dan kasih sayang.
Beberapa hari sebelum Tu Sop dipanggil ke haribaan Allah SWT, H. Mukhlis merencanakan untuk bertemu dengannya. Ada kerinduan mendalam yang ingin ia sampaikan, obrolan ringan dan diskusi hangat yang ingin dilanjutkan. Namun, rencana itu harus berubah sesuai takdir Ilahi. Berita duka datang secara tiba-tiba—Tu Sop, sosok yang selama ini menjadi panutan, telah meninggalkan dunia yang fana. Kepergiannya begitu mendadak, membuat H. Mukhlis sempat tertegun, tak percaya.
Saat pemeriksaan kesehatan di RSUDZA Banda Aceh, Tu Sop terlihat sehat dan bugar. Tak ada tanda-tanda bahwa beliau sedang sakit parah. Namun, Allah SWT memiliki rencana lain. Berbagai pesan masuk ke ponsel H. Mukhlis melalui WhatsApp, menyampaikan kabar duka bahwa Tu Sop telah wafat. Hati kecil H. Mukhlis sempat tak ingin mempercayai berita tersebut, namun seiring dengan informasi yang terus mengalir, ia pun harus menerima kenyataan bahwa ulama besar yang sangat dihormatinya telah berpulang ke rahmatullah.
Malam itu juga, tanpa menunggu lama, H. Mukhlis segera mempersiapkan diri untuk bertolak ke Jeunieb, kampung halaman Tu Sop, guna menunggu kedatangan jenazah dari Banda Aceh. Di sana, di komplek Dayah Babussalam Al Aziziyah, tempat Tu Sop mengabdi sebagai pimpinan dayah, H. Mukhlis bersama ratusan jamaah lainnya bersiap untuk menyalatkan jenazah ulama yang telah meninggalkan jejak kebaikan yang tak terhitung.
Bagi H. Mukhlis, kepergian Tu Sop bukanlah akhir dari sebuah hubungan, melainkan kelanjutan dari keteladanan yang harus terus diperjuangkan. Nilai-nilai yang diajarkan Tu Sop tentang pentingnya kebijaksanaan, komitmen terhadap agama, dan kecintaan kepada umat—akan terus hidup dalam hati mereka yang pernah berinteraksi dengannya.
"Al-Fatihah keu guree geutanyoe," ucap H. Mukhlis penuh haru, mendoakan sang ulama yang kini telah tenang di sisi-Nya. Meskipun fisik Tu Sop telah tiada, pesan-pesannya tentang Islam, kebijaksanaan, dan perjuangan tetap abadi, menginspirasi banyak orang, termasuk H. Mukhlis, untuk terus berjalan di jalan yang telah ditunjukkan oleh sang guru.
Dengan penuh rasa hormat dan cinta, H. Mukhlis berharap agar cita-cita besar Tu Sop untuk membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islam terus dilanjutkan, sebagai wujud dari penghormatan tertinggi kepada sosok ulama besar yang telah mengabdikan hidupnya untuk agama dan umat.