Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy.
Detikacehnews.id | Banda Aceh – Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang digelar di Aceh dan Sumatera Utara akan menghadirkan keunikan tersendiri pada upacara pembukaannya. Salah satu aspek yang paling menonjol dari pembukaan kali ini adalah penyesuaian waktu pelaksanaan acara yang selaras dengan tradisi masyarakat Aceh, yaitu dimulai setelah salat Isya. Hal ini merupakan bagian dari upaya panitia untuk menghormati dan mengintegrasikan budaya lokal Aceh yang dikenal dengan penerapan syariat Islam yang kuat.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, mengungkapkan bahwa penyesuaian waktu ini merupakan bentuk penghargaan terhadap adat dan norma-norma yang berlaku di Aceh. "Kami telah menyesuaikan jadwal pembukaan PON XXI untuk mulai setelah salat Isya sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan kepercayaan masyarakat Aceh," kata Muhadjir dalam keterangannya. Langkah ini diambil dengan harapan dapat menciptakan suasana yang harmonis antara acara olahraga berskala nasional dan kearifan lokal yang mendalam.
Aceh, sebagai provinsi yang menerapkan syariat Islam dengan ketat, memiliki berbagai kebiasaan dan aturan budaya yang membedakannya dari daerah lainnya di Indonesia. Menyadari hal ini, panitia penyelenggara PON XXI berkomitmen untuk memastikan bahwa acara ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga merayakan dan menghormati nilai-nilai budaya lokal. Pembukaan yang dimulai setelah salat Isya adalah contoh nyata dari integrasi budaya ini.
Selain penyesuaian waktu, upacara pembukaan PON XXI juga akan menampilkan tarian kolosal yang mengangkat sosok pahlawan perempuan Aceh, Laksamana Malahayati. Tarian ini dirancang untuk mencerminkan semangat kepahlawanan dan keteguhan perempuan, sekaligus menghindari bias gender. Melalui tarian ini, panitia berharap dapat memperkenalkan kekayaan budaya Aceh kepada seluruh masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.
Penyesuaian waktu pelaksanaan ini tidak hanya menunjukkan sensitivitas terhadap budaya lokal, tetapi juga memperkuat citra PON XXI sebagai perayaan yang inklusif dan menghargai keberagaman. Dalam masyarakat Aceh, salat Isya merupakan salah satu waktu ibadah penting, dan memulai acara setelah waktu ini mencerminkan penghargaan terhadap praktik keagamaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.
"Memulai acara setelah salat Isya adalah cara kami untuk memastikan bahwa semua orang, termasuk peserta dan penonton yang mengikuti ibadah malam, dapat menikmati pembukaan tanpa harus terbagi antara acara dan kewajiban keagamaan mereka," jelas Muhadjir. Penyesuaian ini juga diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal dalam merayakan PON XXI, sehingga mereka merasa lebih terhubung dengan acara yang diadakan di daerah mereka.
PON XXI Aceh-Sumut 2024 tidak hanya bertujuan untuk menampilkan prestasi olahraga tetapi juga untuk merayakan kekayaan budaya Indonesia. Dengan sentuhan budaya lokal yang kental, acara ini menjadi lebih dari sekadar ajang kompetisi, ia menjadi platform untuk menghargai dan mempromosikan keanekaragaman budaya Indonesia.
Muhadjir menambahkan bahwa penyesuaian waktu ini adalah salah satu dari berbagai langkah yang diambil untuk memastikan bahwa PON XXI menjadi acara yang tidak hanya sukses secara logistik, tetapi juga resonan secara budaya. "Kami ingin PON XXI menjadi contoh bagaimana olahraga dan budaya dapat berkolaborasi dengan harmonis, mencerminkan identitas dan nilai-nilai lokal yang kita junjung tinggi," ujarnya.
Dengan semua persiapan yang telah dilakukan, PON XXI diharapkan tidak hanya memberikan hiburan dan semangat kompetitif kepada peserta dan penonton, tetapi juga menjadi perayaan yang menyatukan olahraga dan budaya dalam harmoni. Upacara pembukaan yang disesuaikan dengan waktu salat Isya adalah langkah awal dalam menciptakan pengalaman yang unik dan berarti bagi semua yang terlibat.