Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) Pendidikan Wilayah Bireuen, Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd
Detikacehnews.id | Bireuen - Menjelang pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut yang akan digelar pada 9 September 2024, berbagai persiapan terus dilakukan oleh panitia dan masyarakat setempat. Tidak hanya dari sisi teknis dan infrastruktur, tetapi juga dari aspek budaya dan nilai-nilai sosial yang ingin ditonjolkan oleh Aceh sebagai salah satu tuan rumah. Kepala Cabang Dinas (Kacabdin) Pendidikan Wilayah Bireuen, Abdul Hamid, S.Pd., M.Pd., dalam wawancaranya dengan awak media detikacehnews.id mengungkapkan harapan besar bahwa Aceh dapat menjadi tuan rumah yang baik, ramah, dan beretika, memberikan contoh yang positif kepada tamu-tamu dari berbagai daerah di Indonesia.
Abdul Hamid menegaskan bahwa Aceh, sebagai wilayah yang dikenal dengan kearifan lokal dan penerapan syariat Islam yang kuat, harus menunjukkan citra yang baik sebagai tuan rumah. “Aceh tidak hanya dikenal dengan sejarah dan kekayaan alamnya, tetapi juga dengan tradisi dan adat istiadat yang penuh etika. Oleh karena itu, harapan kami adalah agar masyarakat Aceh bisa menjadi tuan rumah yang baik dan ramah bagi para tamu dari luar, tanpa melupakan jati diri kita sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam,” ujar Abdul Hamid.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga sopan santun dan kesederhanaan dalam menyambut tamu. Menurutnya, keramahan Aceh harus terlihat dalam interaksi sehari-hari, baik dengan para atlet, ofisial, maupun pengunjung yang akan memadati kota-kota tuan rumah selama berlangsungnya PON XXI. “Kita ingin menunjukkan bahwa Aceh adalah tempat yang aman, ramah, dan nyaman untuk dikunjungi. Ini kesempatan kita untuk memperkenalkan budaya Aceh kepada masyarakat luas,” imbuhnya.
Salah satu poin penting yang disampaikan Abdul Hamid adalah harapannya agar masyarakat Aceh dapat memberi contoh yang baik terkait penghormatan terhadap waktu ibadah, terutama saat azan berkumandang. Ia menyebutkan bahwa selama ini, ada kebiasaan negatif di beberapa kalangan masyarakat yang masih nongkrong di kafe atau warung kopi ketika waktu salat tiba. “Saya berharap pada momen besar seperti ini, masyarakat Aceh bisa memberi contoh yang baik dengan menghormati waktu salat. Ketika azan berkumandang, sebaiknya segera menutup aktivitas dan melaksanakan salat berjamaah,” kata Abdul Hamid.
Hal ini menurutnya akan memperlihatkan bahwa Aceh benar-benar menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam momen-momen besar seperti PON XXI. Dengan menunjukkan disiplin dalam beribadah, Aceh diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain. “Kita ingin PON XXI ini bukan hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan dan budaya kita,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Abdul Hamid juga menyampaikan pentingnya semua elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, aparat keamanan, hingga warga biasa, untuk bersama-sama menjaga ketertiban dan kenyamanan selama PON XXI berlangsung. “Ini adalah momen besar yang melibatkan ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia. Kita harus memastikan bahwa Aceh siap menyambut tamu dengan baik. Tidak hanya ramah, tetapi juga memberikan rasa aman dan nyaman,” katanya.
Abdul Hamid menekankan bahwa tanggung jawab untuk menjadi tuan rumah yang baik tidak hanya ada di pundak panitia penyelenggara, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat Aceh. “Mari kita tunjukkan bahwa Aceh adalah daerah yang beradab dan bermartabat. Kita semua harus berperan aktif dalam menjaga nama baik Aceh,” serunya.
Selain itu, Abdul Hamid juga mengimbau kepada para pelaku usaha, seperti pemilik kafe, restoran, dan penginapan, agar memberikan pelayanan yang terbaik kepada para tamu. “Saya berharap para pelaku usaha juga turut ambil bagian dalam menyukseskan PON XXI ini. Berikan pelayanan yang ramah, jujur, dan profesional. Ini adalah kesempatan untuk mempromosikan Aceh ke seluruh penjuru negeri,” katanya.
PON XXI yang akan diselenggarakan di Aceh dan Sumatera Utara ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi olahraga, tetapi juga menjadi panggung besar untuk mempromosikan kebudayaan dan keunikan daerah. Dalam acara pembukaan, akan ditampilkan berbagai atraksi budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi Aceh. Salah satunya adalah tari kolosal yang mengangkat kisah kepahlawanan Laksamana Malahayati, pahlawan perempuan legendaris dari Aceh.
“Ini adalah kesempatan emas untuk memperkenalkan budaya Aceh kepada seluruh Indonesia. Mari kita sambut PON XXI dengan semangat persaudaraan dan kebanggaan akan budaya kita,” tutup Abdul Hamid.
Dengan segala persiapan yang telah dilakukan, Abdul Hamid berharap PON XXI akan berlangsung sukses dan memberikan kesan mendalam bagi para tamu yang datang. Ia juga berharap ajang ini dapat semakin mempererat persatuan di antara masyarakat Aceh dan tamu-tamu dari berbagai penjuru Indonesia.