Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Ketulusan yang Mengundang Berkah, Kisah Cut Hasan dan Nilai Kepemimpinan yang Menginspirasi Mukhlis

Selasa, 15 Oktober 2024 | 19:52 WIB Last Updated 2024-10-15T12:52:37Z

Calon Bupati Bireuen (H. Mukhlis, ST) dan Calon Wakil Bupati Bireuen (Ir. Razuardi, MT) Nomor Urut 3.



Detikacehnews.id | Bireuen - Di sebuah sudut perkampungan sederhana bernama Alue Krub, Peusangan, yang kini dikenal dengan sebutan Peusangan Siblah Krueng, berdiri sebuah rumah panggung yang menjadi saksi bisu banyak peristiwa penuh hikmah. Rumah itu milik Cut Hasan, seorang tokoh masyarakat setempat yang juga menjabat sebagai keuchik (kepala desa). Di dalam rumah tersebut, Cut Hasan hidup bersama istrinya, Rabiyah, dan anak-anak mereka, termasuk seorang yang kelak dikenal sebagai H. Mukhlis Takabeya, pengusaha dermawan yang memiliki pengaruh besar di Bireuen.


Suatu pagi, suasana rumah terasa tenang. Anak-anak Cut Hasan sudah berangkat ke sekolah, dan Cut Hasan duduk bersama Rabiyah di ruang utama rumah mereka. Namun, keheningan itu pecah ketika seorang warga datang dengan langkah ragu-ragu. Ia tampak tertekan dan malu, tetapi keadaan memaksanya untuk meminta bantuan.


Teungku Keuchik, pagi ini anak-anak saya belum makan. Kami tidak punya sebutir pun beras di rumah, dan saya juga sedang tidak punya uang. Bilakah Pak Keuchik bersedia mengutangkan saya sedikit beras, sebambu pun boleh?” pinta sang warga dengan suara nyaris tersendat. Ia menundukkan kepala, menahan malu.


Cut Hasan terdiam sejenak. Pandangannya beralih ke Rabiyah, istrinya. Dengan pengertian tanpa kata, Rabiyah bangkit dan menuju dapur. Saat membuka kaleng penyimpanan beras, air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya. Beras yang tersisa di rumah itu tak lebih dari satu bambu—cukup untuk sekali masak bagi keluarganya sendiri.


Ya Allah, apa yang akan saya masak untuk anak-anak nanti siang?” batin Rabiyah, suaranya pelan hingga hanya dirinya yang mendengar. Namun, demi menjaga kehormatan suaminya sebagai keuchik, dan dengan kesadaran bahwa orang lain lebih membutuhkan, ia tetap memutuskan untuk menyerahkan beras tersebut. Dengan hati yang pasrah, Rabiyah memasukkan beras itu ke dalam kantong dan menyerahkannya kepada Cut Hasan.


Tanpa ragu, Cut Hasan menyambut warga yang masih berdiri menunggu di depan rumahnya. “Lekaslah pulang,” katanya, “Beras ini bukan hutang. Sudah menjadi tanggung jawabku sebagai pemimpin untuk membantu rakyatku.”


Setelah warga itu berlalu, Rabiyah tak dapat lagi menahan air matanya. “Teungku Abi, apa yang akan saya masak nanti siang? Beras kita sudah habis,” ucapnya sambil terisak.


Cut Hasan tersenyum penuh kasih, memandang istrinya dengan tatapan yang menenangkan. “Istriku, Allah Mahakaya, dan Nabi kita mengajarkan untuk senantiasa mengasihi sesama,” jawabnya.


Dua jam berlalu, dan tiba-tiba seorang warga lain datang menjunjung sebuah karung besar di atas kepalanya. Setelah mengucapkan salam, dia berkata, “Kemarin saya baru saja menumbuk padi di ladang. Rasanya sangat enak, dan tadi malam saya teringat kepada Teungku Keuchik. Beras ini harus Teungku Keuchik rasakan juga. Ini sedekah dari saya,” katanya, sebelum pamit karena masih harus mengurus padinya di gunung.


Rabiyah yang menyaksikan peristiwa itu menangis terharu. Pagi tadi ia memberikan satu bambu beras kepada warga yang membutuhkan, dan kini seorang petani datang membawa satu karung penuh beras baru. Betapa Allah langsung membalas ketulusan hati mereka dengan rezeki yang berlimpah.

Cut Hasan tersenyum lembut. “Sudah, jangan menangis lagi. Ayo, segera masak untuk makan siang kita,” katanya, menenangkan hati istrinya.


Rabiyah dengan penuh syukur bergegas ke dapur, memasak dengan hati yang penuh bahagia. Kejadian tersebut tidak hanya menjadi bukti akan kebesaran Allah dalam memberikan balasan bagi mereka yang ikhlas, tetapi juga menegaskan pentingnya berbagi meski dalam kekurangan.


Kisah kedermawanan dan ketulusan Cut Hasan yang juga mewariskan sifat murah hati kepada anak-anaknya, terutama H. Mukhlis, menginspirasi banyak orang. H. Mukhlis Takabeya, pengusaha sukses di Bireuen yang dikenal sangat dermawan, telah meneruskan nilai-nilai kepemimpinan dan rasa kepedulian yang diajarkan oleh ayahnya. Tak hanya di Bireuen, H. Mukhlis juga sering memberikan bantuan kepada korban bencana di berbagai wilayah Aceh, tanpa memandang latar belakang orang-orang yang ia bantu.


Sebagai seorang pemimpin, H. Mukhlis mengemban amanah dengan penuh rasa tanggung jawab dan kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Inilah yang dibutuhkan oleh masyarakat Bireuen saat ini—seorang pemimpin yang murah hati, peduli, dan memiliki visi untuk membawa kemajuan bagi daerah.


Dalam Pilkada Bireuen 2024, H. Mukhlis bersama pasangannya H. Razuardi maju sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati. Pasangan nomor urut 3 ini diyakini mampu membawa perubahan positif bagi Bireuen dengan karakter kepemimpinan yang tegas, tetapi tetap lembut dan penuh kepedulian.


Maka, bagi warga Bireuen yang merindukan pemimpin yang tulus dan dermawan, datanglah ke TPS dan pilihlah H. Mukhlis-Razuardi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bireuen. Pilihan Anda adalah harapan untuk masa depan Bireuen yang lebih baik.


Cobloslah nomor urut 3 pada Pilkada Bireuen 2024, dan mari bersama-sama menuju Bireuen yang lebih sejahtera di bawah kepemimpinan yang amanah!