Gambar Ilustrasi Penipuan
Detikacehnews.id | Bireuen - Nama pengusaha ternama asal Bireuen, H. Mukhlis, ST dicatut oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan. Berbekal identitas palsu dan modus yang terorganisir, pelaku berhasil mengelabui sejumlah warga hingga meraup keuntungan jutaan rupiah. Informasi mengenai kejadian ini diterima oleh Komparatif.ID pada Kamis (24/10/2024), setelah banyak korban melapor bahwa mereka telah salah sangka dan secara tidak sadar menjadi korban penipuan.
Sejak pagi, H. Mukhlis mengaku telepon genggamnya tidak berhenti berdering. Bukan dari rekan bisnis atau kolega politiknya, melainkan dari orang-orang yang mengaku telah menerima uang transfer dari dirinya. Anehnya, para penerima transfer tersebut meminta agar sebagian uang dikembalikan karena dianggap "kelebihan transfer." Namun, pengusaha sekaligus tokoh politik yang juga dikenal sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Bireuen ini merasa kebingungan, karena ia tidak pernah melakukan transaksi tersebut.
"Saya kaget saat mendapat telepon dari beberapa orang yang mengaku menerima uang dari saya. Padahal saya tidak pernah mengirimkan uang kepada mereka, apalagi melalui aplikasi jasa keuangan non-bank," ujar H. Mukhlis.
Pelaku penipuan menggunakan foto profil H. Mukhlis di aplikasi Whatsapp sebagai alat untuk meyakinkan calon korban. Dengan menggunakan nomor yang menyerupai milik pengusaha itu, pelaku menghubungi para korban dan mengaku telah mentransfer uang. Kemudian, pelaku meminta korban mengembalikan sebagian uang tersebut karena mengklaim terjadi "kelebihan transfer."
"Pelaku mengirimkan struk transfer palsu seolah-olah saya sudah mengirimkan uang, padahal itu tidak benar. Mereka meminta korban mengembalikan uang yang katanya kelebihan transfer," jelas H. Mukhlis.
Sayangnya, beberapa korban terlanjur percaya dengan modus ini, terutama karena nama besar H. Mukhlis yang dikenal sebagai pengusaha dermawan. Korban, tanpa berpikir panjang, mengirimkan uang kepada pelaku dengan jumlah yang bervariasi.
"Setelah saya jelaskan bahwa saya tidak pernah mengirimkan uang, korban yang menghubungi saya langsung kaget dan sadar telah tertipu," tambahnya.
Menyikapi kejadian ini, H. Mukhlis mengimbau kepada masyarakat Bireuen, khususnya mereka yang mungkin menjadi sasaran oknum penipu, agar berhati-hati dalam menerima informasi mengenai transfer uang. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mengirimkan uang kepada orang yang tidak ia kenal secara langsung, apalagi melalui aplikasi jasa keuangan non-bank.
"Saya memang sering memberikan sumbangan, tapi biasanya secara tunai atau langsung. Saya tidak pernah mengirim uang melalui e-banking atau aplikasi keuangan non-bank. Jadi, saya harap masyarakat jangan sampai terkecoh. Kalau ada yang mengaku saya mengirimkan uang melalui aplikasi, itu pasti penipuan," tegasnya.
H. Mukhlis juga mengingatkan, jika ada orang yang merasa telah menerima transfer uang dan diminta mengembalikan sebagian karena kelebihan, sebaiknya segera melakukan verifikasi terlebih dahulu. "Lebih baik menghubungi saya langsung atau melalui kontak resmi sebelum mengambil keputusan. Jangan sampai korban semakin banyak," tambahnya.
Kasus penipuan ini telah menimbulkan keresahan di kalangan warga Bireuen. Beberapa korban mengaku terjerat oleh modus ini karena terkesan dengan nama besar H. Mukhlis, yang selama ini dikenal murah hati. Sementara itu, pihak kepolisian Bireuen telah menerima sejumlah laporan terkait insiden ini dan sedang dalam tahap penyelidikan.
Kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap penipuan dengan modus serupa yang sering melibatkan pencatutan nama tokoh publik. "Kami mendesak masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan transfer uang dari pihak yang tidak dikenal. Jika merasa curiga, segera laporkan kepada pihak berwenang," ujar juru bicara kepolisian.
Kasus pencatutan nama H. Mukhlis ini mencerminkan tren penipuan yang semakin berkembang di era digital, di mana pelaku semakin pintar memanfaatkan aplikasi komunikasi untuk memanipulasi informasi. Penipuan melalui aplikasi pesan singkat seperti Whatsapp semakin sering terjadi, dan para penipu memanfaatkan kelemahan sistem untuk menjalankan aksinya.
Kasus seperti ini menyoroti pentingnya kewaspadaan masyarakat dalam menerima pesan dari pihak yang tidak dikenal, terutama ketika melibatkan transaksi keuangan. Masyarakat diharapkan selalu melakukan verifikasi melalui saluran resmi dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, khususnya ketika diminta melakukan pengembalian uang.
Dengan adanya laporan ini, H. Mukhlis berharap agar masyarakat semakin berhati-hati dan tidak menjadi korban selanjutnya. Sebagai figur publik, ia menegaskan bahwa ia akan terus mendukung penegakan hukum agar pelaku penipuan ini segera tertangkap dan diproses secara hukum.