Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Kolaborasi Budaya dan Teknologi, Dosen Umuslim Latih Guru TK di Wih Pesam Terapkan Profil Pelajar Pancasila

Minggu, 03 November 2024 | 11:58 WIB Last Updated 2024-11-03T05:30:17Z

Tim PKM Universitas Almuslim bersama guru TK Wih Pesam, Bener Meriah.

Detikacehnews.id | Bener Meriah - Tim dosen Universitas Almuslim baru-baru ini bergerak ke Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, untuk melaksanakan pelatihan kepada guru-guru Taman Kanak-Kanak (TK). Salpina, M.Pd., bersama dua anggota timnya, Novysa Basri, M.Pd., dan Dr. Alfi Syahrin, M.Pd., dengan antusias memimpin program yang bertujuan memperkenalkan penerapan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) berbasis kearifan lokal budaya Gayo. Kegiatan ini juga didukung melalui hibah pengabdian masyarakat dari Universitas Almuslim, menandai kontribusi kampus tersebut dalam mengembangkan pendidikan berbasis budaya lokal.


Salpina, ketua tim pelaksana, menjelaskan bahwa pelatihan ini penting untuk menjawab tantangan implementasi P5 di lingkungan TK, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki keragaman budaya. Di Kecamatan Wih Pesam, tantangan terbesar bagi para guru adalah keterbatasan pemahaman tentang P5 dan rendahnya motivasi untuk mengemas pembelajaran yang menarik. Mayoritas guru masih mengandalkan buku teks sebagai sumber utama, tanpa memanfaatkan media digital atau teknologi, yang sebetulnya dapat membuat kegiatan belajar lebih hidup.


Untuk membantu mengatasi kendala ini, tim dosen dari Universitas Almuslim menyusun pelatihan berbasis kolaborasi antara budaya dan teknologi. Para guru diajak memahami kembali nilai-nilai Pancasila melalui kearifan lokal budaya Gayo. Dalam pelatihan ini, mereka diperkenalkan pada berbagai elemen budaya Gayo, seperti bahasa, makanan khas, dan pakaian adat, yang dapat dipadukan dalam kegiatan belajar P5 sehari-hari.


"Saat anak-anak belajar tentang Pancasila melalui budaya yang mereka lihat sehari-hari, pemahaman mereka akan lebih mendalam. Ini juga membantu mereka tumbuh dengan identitas budaya yang kuat," ujar Salpina.




Selain pengenalan budaya, tim dosen Universitas Almuslim juga membekali guru-guru dengan kemampuan dasar dalam menggunakan aplikasi desain grafis Canva. Dengan menggunakan Canva, para guru dapat menciptakan media pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik, baik dalam bentuk poster, infografik, maupun visual lain yang sesuai untuk anak-anak. Kemampuan ini diharapkan dapat meningkatkan minat anak-anak untuk belajar di kelas sekaligus mendukung penggunaan teknologi dalam pembelajaran sehari-hari.


Teknologi bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk menarik minat anak-anak, apalagi jika materi yang disajikan kaya akan gambar dan warna. Kami berharap, melalui teknologi ini, para guru di Wih Pesam bisa menyajikan pembelajaran yang lebih kreatif,” kata Dr. Alfi Syahrin.


Setelah rangkaian pelatihan, guru-guru TK di Kecamatan Wih Pesam tampak lebih percaya diri dalam menerapkan P5 berbasis budaya Gayo. Mereka mulai merancang proyek-proyek kecil seperti tema Aku Cinta Indonesia, yang diintegrasikan dengan kegiatan khas budaya Gayo. Misalnya, kegiatan gotong royong dalam menjaga kebersihan sekolah, yang menggambarkan nilai kebersamaan serta kecintaan terhadap lingkungan.


Dengan adanya pelatihan ini, para guru mengaku mendapat perspektif baru yang membuat mereka semakin yakin dalam mengajar. Salah satu guru peserta menyampaikan, “Dulu, kami hanya mengandalkan buku pelajaran, tetapi sekarang kami lebih memahami cara mengaitkan budaya Gayo dengan kegiatan sehari-hari anak-anak. Hal ini sangat membantu dalam mengajarkan Pancasila secara lebih nyata."



Universitas Almuslim berharap program pelatihan ini dapat menjadi awal dari pembentukan generasi yang memiliki pemahaman kuat terhadap Pancasila sekaligus mencintai budaya lokal. Tim dosen optimis, dengan pendekatan berbasis proyek dan kearifan lokal, anak-anak di Kecamatan Wih Pesam akan tumbuh dengan karakter yang kuat dan siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri.


Pendidikan karakter sebaiknya berangkat dari nilai-nilai budaya yang ada di sekitar mereka. Ketika anak-anak tumbuh dengan menghargai dan memahami nilai-nilai budaya mereka, mereka akan lebih siap menghadapi masa depan dengan prinsip yang kuat,” ujar Novysa Basri, anggota tim dosen.


Melalui program ini, Universitas Almuslim berkomitmen melanjutkan perannya sebagai pelopor dalam pendidikan berbasis budaya dan nilai kebangsaan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, mereka berharap pendekatan ini dapat diterapkan di daerah-daerah lain, untuk mencetak generasi yang tak hanya berprestasi, tetapi juga memiliki nilai-nilai Pancasila yang tertanam kuat dalam diri mereka.