Foto bersama pemateri dan peserta kegiatan pelatihan.
Detikacehnews.id | Bireuen - Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan penuh kasih sayang, Kementerian Agama Kabupaten Bireuen melalui Ikatan Penyuluh Agama Islam (IPARI) menyelenggarakan kegiatan pelatihan bertema “Mencegah Bullying di Sekolah”. Acara ini berlangsung di Balai KUA Kota Juang dan dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai kecamatan di Kabupaten Bireuen.
Kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini dibuka oleh Kasie Bimas Islam Kemenag Bireuen, Iskandar, S.HI., yang dalam sambutannya menekankan bahwa bullying bukan hanya tantangan sosial, tetapi juga ujian moral dan agama.
“Sebagai penyuluh agama, kita memiliki peran besar dalam mendidik generasi muda agar memahami nilai-nilai agama yang menanamkan empati, cinta kasih, dan persaudaraan. Bullying adalah antitesis dari nilai-nilai tersebut. Maka, kita harus menjadi agen perubahan yang aktif untuk menghentikan praktik ini di lingkungan sekolah,” ujar Iskandar.
Ia menambahkan, penyuluh agama memiliki tanggung jawab moral untuk tidak hanya menyampaikan ajaran agama di mimbar, tetapi juga membangun karakter generasi penerus yang berbudi pekerti luhur.
Sesi pertama diisi oleh Munizar M. Arby, M.Psi., Psikolog, yang menyampaikan materi “Bersama Mencegah Bullying”. Dalam paparannya, Munizar menjelaskan bahwa bullying adalah masalah kompleks yang melibatkan pelaku, korban, dan saksi, serta membutuhkan pendekatan menyeluruh untuk diatasi. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara guru, orang tua, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman.
“Korban bullying sering kali mengalami dampak psikologis jangka panjang seperti rendahnya kepercayaan diri, kecemasan, hingga depresi. Kita harus memastikan bahwa anak-anak kita merasa diterima dan dilindungi. Ini bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga masyarakat luas,” ungkap Munizar. Ia kemudian mengajak para peserta untuk menjadi garda terdepan dalam membangun budaya anti-bullying.
Materi kedua dibawakan oleh Ulya Bilmuna, seorang perwakilan dari Forum Anak Bireuen, dengan tema “Teman Baik Bukan Pembully”. Ulya, sebagai suara dari generasi muda, memberikan pandangan segar tentang pentingnya menciptakan persahabatan yang positif. Ia berbagi kisah nyata dan pengalaman dari rekan-rekannya yang menjadi korban maupun saksi bullying.
“Ketika kita memilih untuk bersikap ramah dan mendukung teman, kita secara tidak langsung menciptakan lingkungan yang sehat. Saya berharap para penyuluh agama dapat menjadi role model yang menginspirasi generasi muda untuk menjauhi tindakan bullying,” ujar Ulya dengan penuh semangat.
Sesi terakhir dipandu oleh Syahrati, M.Si., yang membawakan simulasi interaktif bertema “Peran Aktif Anti-Bullying”. Para peserta diajak untuk mempraktikkan berbagai skenario nyata yang sering terjadi di lingkungan sekolah, baik dari perspektif pelaku, korban, maupun pihak ketiga. Dengan simulasi ini, peserta diharapkan mampu memahami langkah-langkah intervensi yang efektif dalam mencegah dan menangani bullying.
“Sesi simulasi ini sangat penting agar para penyuluh tidak hanya memahami teori, tetapi juga siap bertindak secara konkret di lapangan,” jelas Syahrati.
Ketua IPARI Bireuen, Drs. Muzakir, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap semangat dan antusiasme para peserta. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukanlah akhir, melainkan langkah awal dari gerakan besar untuk menjadikan sekolah di Bireuen bebas dari bullying.
“Kami sangat bangga melihat komitmen para penyuluh agama. Mereka adalah ujung tombak perubahan yang dapat membawa nilai-nilai agama dan kemanusiaan ke sekolah-sekolah. Dengan kesinambungan program ini, kita yakin dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik,” ujar Muzakir.
Pada akhir acara, para peserta menandatangani komitmen bersama untuk terus mengampanyekan anti-bullying di sekolah-sekolah dan komunitas masing-masing. Dengan semangat kolaborasi, mereka bertekad menjadi pelopor perubahan, menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga berakhlak mulia.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan penyuluh agama, bullying dapat dicegah. Langkah kecil ini diharapkan menjadi awal dari perubahan besar menuju lingkungan pendidikan yang damai, aman, dan penuh kasih.