Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Keunikan Stand Geunta Jeumpa di Lokakarya 7, Simbol Inovasi dan Kolaborasi Pendidikan Berbasis Potensi Lokal

Jumat, 06 Desember 2024 | 21:24 WIB Last Updated 2024-12-07T05:06:13Z

Stand Geunta Jeumpa di Lokakarya 7 Festival Panen Hasil Belajar yang digelar di Halaman UPTD SPNF SKB Kabupaten Bireuen 



Detikacehnews.id | Bireuen - Lokakarya 7 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 11 dan Festival Panen Hasil Belajar yang digelar di Halaman UPTD SPNF SKB Kabupaten Bireuen menjadi momen bersejarah bagi dunia pendidikan di Aceh. Di antara berbagai stan yang memamerkan hasil karya calon guru penggerak (CGP), Stand Geunta Jeumpa menjadi pusat perhatian pengunjung. Keunikannya dalam mengangkat tema Piasan Mereno dengan semangat Jeumpa Bersinar membuktikan bahwa pendidikan dapat berkembang melalui kreativitas, inovasi, dan kolaborasi.


Geunta Jeumpa bukan sekadar nama, melainkan sebuah simbol semangat CGP Angkatan 11 dalam mencerahkan pendidikan. Stand ini dirancang dengan ide-ide kreatif yang mengedepankan potensi lokal sebagai fondasi pembelajaran. Filosofi yang diusung mengajarkan bahwa pendidikan dapat memberikan dampak besar meski berasal dari hal-hal sederhana, sebagaimana diilustrasikan melalui penggunaan bambu sebagai elemen utama.


Bambu, dengan sifatnya yang kuat, tahan lama, dan fleksibel, menjadi inspirasi bagi karya-karya yang ditampilkan. Filosofi ini tidak hanya diterapkan dalam produk yang dihasilkan, tetapi juga dalam prinsip pendidikan yang diterapkan, yaitu:
  1. Kesederhanaan Tidak Membatasi Karya Besar: reativitas lahir dari ide-ide, bukan dari mahalnya sumber daya.
  2. Ketahanan dan Fleksibilitas: Siswa diajarkan untuk tangguh menghadapi tantangan dan fleksibel dalam mencari solusi.
  3. Kebersamaan dan Manfaat Lingkungan: Kolaborasi antara guru dan murid menciptakan kekuatan besar untuk mencapai tujuan bersama.
  4. Proses Menuju Kedewasaan: Pendidikan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran dan kerja keras.

Produk-produk yang dipamerkan di Stand Geunta Jeumpa menunjukkan kemampuan CGP dan siswa dalam memanfaatkan potensi lokal untuk menghasilkan karya bermakna. Beberapa karya unggulan antara lain:

  • Kerajinan Anyaman Bambu: Tempat pulpen, hiasan rumah, hingga sarang burung yang menggambarkan kerja sama dalam menciptakan sesuatu yang bermakna.
  • Boh Usen: Kue khas Aceh yang diproduksi melalui kolaborasi siswa, menjadi simbol kebanggaan terhadap budaya lokal.
  • Kecap dari Air Kelapa: Inovasi dari SMA Peusangan Selatan yang tidak hanya memperkenalkan keterampilan wirausaha, tetapi juga memperluas wawasan siswa.
  • Jam dari Rantai Sepeda: Produk daur ulang siswa SMK Geurugok yang mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan sekaligus memanfaatkan limbah menjadi barang berguna.

Salah satu elemen paling menarik di STAN Geunta Jeumpa adalah sarang burung yang dikenal dengan istilah umpung miriek. Filosofi umpung miriek melambangkan kolaborasi yang kuat dan ketekunan siswa dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Seperti halnya sarang burung yang tersusun dari banyak ranting kecil menjadi satu kesatuan yang kokoh, pendidikan juga dibangun dari berbagai potensi alamiah siswa yang beragam.


Setiap siswa membawa keunikan dan bakatnya masing-masing. Proses kolaborasi ini mengajarkan bahwa keberagaman tersebut, bila dipadukan dengan kerja sama dan ketekunan, dapat menciptakan kesatuan pendidikan yang kuat dan harmonis. Sarang burung yang dibuat dengan penuh ketelitian ini menjadi simbol bahwa keberhasilan besar tidak pernah berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil dari upaya kolektif yang saling melengkapi.


Dengan filosofi umpung miriek, Stand Geunta Jeumpa mengingatkan kita bahwa pendidikan tidak hanya tentang pembelajaran individu, tetapi juga tentang membangun kebersamaan untuk menciptakan dampak yang lebih besar bagi masa depan.



Kesuksesan Stand Geunta Jeumpa tidak lepas dari kerja keras tim yang solid. Di bawah pendampingan Ibu Zikra Hayati, S.Pd., dan Ibu Gustina Fitriani, S.Pd., tim ini terdiri dari sepuluh orang guru dengan berbagai latar belakang, yaitu Asrita, S.Ag., guru Bahasa Inggris di UPTD SMPN 4 Bireuen, Liana, S.Pd., guru UPTD SD N 2 Kuta Blang, Fitri Hayati, S.Pd., guru UPTD SD N 1 Gandapura, Baria, S.Pd., guru UPTD SD N 10 Gandapura, Aminah, S.Pd.I., guru UPTD SD N 7 Gandapura, Fathiah, S.Pd., guru SMK N 1 Gandapura, Khairuman, S.Pd.I, guru SLB Negeri Bireuen, Cut Mawaddah, S.Si., guru SMA N 1 Peusangan Selatan, Ade Zulhasni, S.Pd., guru SD IT Muhammadiyah Bireuen, Nana Safrina, S.Pd., guru UPTD SD N 15 Juli yang turut memberikan kontribusi signifikan dalam mempersiapkan karya-karya unggulan di stand ini.


Kolaborasi tim ini mencerminkan semangat Jeumpa Bersinar, yakni keinginan untuk terus berkembang dan memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan. Selama enam bulan pelatihan, para CGP tidak hanya belajar tentang teori, tetapi juga bagaimana menerapkannya dalam menciptakan perubahan nyata di sekolah dan komunitas mereka.


Keberhasilan Stand Geunta Jeumpa menjadi bukti bahwa inovasi dan kolaborasi dapat membawa pendidikan ke arah yang lebih baik. Dengan mengangkat filosofi bambu, CGP Angkatan 11 menunjukkan bahwa pendidikan tidak selalu membutuhkan biaya besar, tetapi yang paling penting adalah pemanfaatan sumber daya yang ada secara kreatif dan efektif.


Semangat Jeumpa Bersinar yang diusung oleh CGP tidak hanya menginspirasi siswa, tetapi juga para pendidik lain yang hadir dalam acara ini. Melalui kolaborasi, mereka membuktikan bahwa kekuatan kolektif dapat menciptakan sesuatu yang lebih besar dan bermakna, seperti sarang burung yang kokoh.


Stand Geunta Jeumpa telah memberikan pelajaran berharga bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berpihak pada murid, memanfaatkan potensi lokal, dan menciptakan karya yang relevan dengan kebutuhan masa depan. Dengan semangat ini, CGP Angkatan 11 siap melanjutkan perjuangan mereka dalam mencerahkan dunia pendidikan.


"Geunta Jeumpa adalah simbol harapan dan semangat, sebuah langkah awal menuju perubahan besar dalam pendidikan yang berpihak pada siswa dan kearifan lokal."