Detikacehnews.id | Malaysia - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Almuslim, Tarisa Salsabilla Wibowo, sukses menjalankan program Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Internasional di Kampung Aceh, Yan, Kedah, Malaysia.
Kegiatan ini berlangsung selama dua minggu, mulai dari 21 Januari hingga 4 Februari 2025, dengan berbagai program yang mengangkat budaya Aceh serta membangun hubungan erat dengan masyarakat keturunan Aceh di Malaysia.
Meski masih berstatus mahasiswa, Tarisa berhasil menunjukkan jiwa kepemimpinan dan dedikasi tinggi dalam program ini. Ia bukan hanya datang sebagai peserta, tetapi juga sebagai representasi mahasiswa Aceh yang membawa nilai budaya, pendidikan, dan kerja sosial ke tingkat internasional.
Lahir di Lhokseumawe, 4 Oktober 2004, Tarisa tumbuh besar di Dusun Bukit Harapan Indah, Desa Payagaboh, Kecamatan Sawang, Aceh Utara. Sejak kecil, ia dikenal sebagai sosok yang aktif, berprestasi, dan selalu memiliki semangat untuk belajar.
Perjalanan pendidikannya dimulai dari SDS Iskandar Muda (PIM), dilanjutkan ke SMP Negeri Arun, dan kemudian ke SMA Swasta Sukma Bangsa Lhokseumawe. Kini, di semester 6 PGSD FKIP Universitas Almuslim, ia terus mengembangkan potensinya sebagai calon pendidik yang tidak hanya memiliki kemampuan akademik, tetapi juga wawasan global.
Keikutsertaan Tarisa dalam program KKM Internasional ini bukanlah kebetulan. Ia dipilih karena prestasi akademik dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan kampus. Selain itu, keberaniannya untuk mencoba hal baru dan memperkenalkan budaya Aceh di luar negeri menjadi nilai tambah yang membuatnya terpilih sebagai salah satu mahasiswa yang berangkat ke Malaysia.
Kampung Aceh di Yan, Kedah, adalah salah satu perkampungan yang dihuni oleh masyarakat keturunan Aceh yang telah bermigrasi ke Malaysia sejak tahun 1808. Kini, mereka telah mencapai generasi ketujuh, namun tetap mempertahankan identitas budaya Aceh, termasuk bahasa, adat, dan tradisi.
Saat tiba di Kampung Aceh, Tarisa dan rekan-rekannya disambut dengan tradisi Pemulia Jamee, sebuah adat khas Aceh dalam menyambut tamu dengan penuh keramahan. Momen ini sangat berkesan bagi Tarisa, karena menunjukkan betapa eratnya hubungan masyarakat Aceh di perantauan dengan tanah leluhurnya.
“Suasana di sini benar-benar seperti di Aceh. Mereka masih berbicara dalam Bahasa Aceh, memakai adat Aceh dalam acara tertentu, dan sangat ramah kepada kami. Rasanya seperti pulang ke rumah sendiri,” ungkap Tarisa dengan antusias.
Sebagai bagian dari program KKM, Tarisa dan timnya mengadakan pertunjukan seni budaya Aceh yang dibawakan oleh Sanggar Glopac Internasional (Global Achenese Performance of Art and Culture) Universitas Almuslim.
Dalam kesempatan ini, Tarisa turut menampilkan beberapa tarian tradisional Aceh, seperti: Tari Ranup Lampuan, tarian penyambutan tamu khas Aceh yang anggun dan penuh makna. Tari Ratoh Jaroe, tarian dinamis yang penuh kekompakan dan telah dikenal di tingkat internasional serta
Rapai Geleng, tarian energik yang diiringi dengan tabuhan rapai, alat musik khas Aceh.
Penampilan Tarisa dan timnya mendapat sambutan hangat dari masyarakat Kampung Aceh. Mereka sangat bangga melihat generasi muda dari Aceh masih melestarikan budaya leluhur mereka.
“Banyak anak muda di sini yang belum pernah melihat langsung pertunjukan budaya Aceh seperti ini. Saya senang bisa menjadi bagian dari tim yang memperkenalkan budaya Aceh kepada mereka,” ujar Tarisa.
Selain itu, Tarisa juga terlibat dalam workshop edukatif di sekolah-sekolah sekitar, di mana ia berbagi pengalaman tentang pendidikan di Indonesia serta pentingnya melestarikan budaya daerah.
Selain kegiatan akademik dan budaya, Tarisa juga ikut berbaur dengan kehidupan masyarakat setempat. Salah satu kegiatan yang paling berkesan baginya adalah ketika ia bersama rekan-rekannya membantu warga di kebun durian.
Tarisa menceritakan bahwa ia dan timnya turut berkontribusi dalam kegiatan di Kampung Aceh dengan memasang pagar pelindung untuk melindungi bibit durian dari terik matahari. Menurutnya, meskipun tugas ini terlihat sederhana, namun memiliki makna besar dalam membantu warga setempat menjaga kelangsungan tanaman mereka. Kegiatan ini juga menjadi pengalaman berharga bagi Tarisa dan timnya dalam memahami kehidupan masyarakat lokal serta pentingnya gotong royong dalam menjaga lingkungan.
Ia juga berkesempatan mengunjungi galeri seni Aceh di Kampung Aceh, yang menyimpan berbagai koleksi sejarah, termasuk baju adat Aceh, pelaminan, dan benda-benda khas Aceh lainnya.
“Di galeri itu, saya semakin memahami bagaimana masyarakat Aceh di perantauan tetap menjaga warisan budaya mereka. Itu sangat menginspirasi,” tambahnya.
Sebagai bagian dari penutupan program, Tarisa dan timnya melakukan kunjungan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur. Dalam pertemuan ini, mereka memaparkan berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama di Malaysia dan membahas rencana ke depan yang memerlukan dukungan dari KBRI. Kunjungan ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga bagi Tarisa, tetapi juga memperkuat hubungan antara mahasiswa Indonesia dengan perwakilan negara di luar negeri.
Keberhasilan Tarisa dalam menjalankan KKM Internasional ini juga mendapat apresiasi dari Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Almuslim, Asrul Karim, M.Pd. Ia menilai bahwa Tarisa telah menunjukkan kualitas sebagai mahasiswa yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki kemampuan dalam membangun hubungan sosial dan mempromosikan budaya.
"Kami sangat bangga dengan pencapaian Tarisa. Keikutsertaannya dalam program ini menjadi bukti bahwa mahasiswa Universitas Almuslim mampu bersaing di tingkat internasional. Kegiatan ini juga selaras dengan visi kami dalam mencetak calon pendidik yang tidak hanya berwawasan lokal, tetapi juga memiliki pengalaman global. Semoga apa yang telah dilakukan Tarisa dapat menginspirasi mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi dan membawa nama baik kampus di berbagai kesempatan," ujar Asrul Karim, M.Pd.
Lebih lanjut, Asrul Karim berharap program seperti ini dapat terus berlanjut dan semakin banyak mahasiswa PGSD FKIP Universitas Almuslim yang berkesempatan untuk mengikuti kegiatan akademik di luar negeri.
Keberhasilan Tarisa dalam menjalankan program KKM Internasional ini menjadi bukti bahwa mahasiswa Aceh mampu bersaing di kancah internasional. Ia bukan hanya seorang mahasiswa biasa, tetapi juga seorang duta budaya yang memperkenalkan Aceh kepada dunia.
Melalui dedikasi dan semangatnya, Tarisa menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang belajar di dalam kelas, tetapi juga tentang memahami dunia, berkontribusi kepada masyarakat, dan membawa perubahan positif.
“Pengalaman ini sangat berharga bagi saya. Saya belajar banyak tentang bagaimana budaya bisa menjadi jembatan antara kita dengan orang lain. Saya berharap lebih banyak mahasiswa Aceh yang berani mengambil kesempatan seperti ini,” kata Tarisa.
Dengan semangat dan dedikasi tinggi, Tarisa Salsabilla Wibowo telah membuktikan bahwa generasi muda Aceh mampu membawa nama baik daerahnya ke tingkat internasional. Keikutsertaannya dalam KKM Internasional ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi Universitas Almuslim, Aceh, dan Indonesia.
Semoga langkah Tarisa menginspirasi lebih banyak mahasiswa Aceh untuk terus bermimpi besar dan melangkah jauh ke dunia global!