Oleh: Raja Julisman, Tokoh Peusangan Bireuen
Detikacehnews.id | Opini - Di era digital yang semakin maju, teknologi telah mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi. Pesan instan, media sosial, dan video call mempermudah kita untuk tetap terhubung kapan saja dan di mana saja. Namun, kemudahan ini sering kali mengorbankan kualitas komunikasi itu sendiri. Banyak orang lebih sibuk dengan gawainya daripada dengan orang di sekitarnya, lebih nyaman mengirim pesan singkat daripada berbicara langsung. Hal ini memunculkan pertanyaan mendasar, apakah teknologi benar-benar mempererat hubungan, atau justru menjauhkan kita dari kedekatan hubungan yang sesungguhnya?
Komunikasi yang berkualitas bukan sekadar pertukaran informasi, tetapi juga melibatkan empati, ekspresi, dan pemahaman emosional. Percakapan tatap muka memberikan kesempatan untuk menangkap bahasa tubuh, nada suara, dan ekspresi wajah, unsur-unsur yang sering hilang dalam komunikasi digital. Tanpa elemen-elemen ini, pesan bisa dengan mudah disalahartikan, memicu kesalahpahaman, atau bahkan membuat hubungan terasa hambar dan dangkal.
Namun, bukan berarti teknologi harus disalahkan. Jika digunakan dengan bijak, teknologi justru dapat menjadi jembatan bagi interaksi yang lebih luas. Video call, misalnya, memungkinkan kita untuk tetap melihat ekspresi dan mendengar intonasi suara, sehingga nuansa emosional tetap terjaga. Platform digital juga dapat mempertemukan orang-orang dengan minat yang sama, membangun komunitas, serta menyebarkan ide dan inspirasi.
Kuncinya adalah keseimbangan. Kita perlu mengingat bahwa tidak ada yang bisa menggantikan kedekatan emosional dari interaksi langsung. Meluangkan waktu untuk berbicara dari hati ke hati, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan mengurangi ketergantungan pada gadget saat sedang bersama orang lain adalah langkah penting dalam membangun hubungan yang lebih bermakna.
Pada akhirnya, komunikasi yang baik bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang hadir, baik secara fisik maupun mental. Di tengah hiruk-pikuk dunia digital, mari kita tidak melupakan seni berbincang, mendengar, dan merasakan kehadiran orang-orang di sekitar kita. Sebab, teknologi hanyalah alat, sedangkan manusia tetaplah makhluk sosial yang membutuhkan kehangatan dan koneksi yang nyata.